Sosok
“Jangan
pernah malas untuk mengejar mimpimu”
Itulah
kata-kata yang selalu dia katakan saat aku akan merantau ke Yogyakarta. Dia
seorang wanita separuh baya yang selalu cerewet melihatku jika aku tidak
menuruti kata-katanya. Iya, dia adalah ibu, ibu kandungku. Dia adalah orang
yang selalu perduli dengan keadaanku, bahkan ketika aku tak memberi kabar
padanya dia selalu terlihat bingung.
Ibuku
lahir pada tanggal 17 September 1960. Meurutku dia lebih terlihat muda dari
pada umurnya, dia adalah satu-satunya wanita yang paling cantik. Kulitnya putih
halus, wajahnya selalu memancarkan cahayanya dan dia selalu terlihat hangat
dimata semua orang. Wajahnya selalu tersenyum meski hatinya sedang terurung
duka. Dia selalu memberikan suntikan semangat untuk keluargaku. Tak pernah dia
tega mengetahui anggota keluarnyanya terkena suatu masalah, dengan segala upaya
dia selalu mencoba untuk membantu. Aku suka ibuku bagiku dia harum dan hangat.
Di
kota kecil bernama Klaten dia terlahir bersama satu saudarinya. Wajah mereka
tidak terlalu mirip namun sekilas terlihat hampir sama. Di kota ini jugalah ibu
bertemu dengan pujaan hatinya, iya dia ayahku. Mereka memadu kasih selama
bertahun-tahun dan pada 1980 mereka menikah. Bahagia selalu aku mendengar kisah
cinta mereka, entah darinya ataupun dari ayahku. Jika aku boleh meminta pada
tuhan aku ingin menyaksikan kisah mereka hingga akhir. Setiap tanggal 16
januari mereka selalu merayakan hari jadi pernikahan mereka dan ini lah yang
membuatku iri.
Dalam
pernikahannya ibu memberikanku tiga saudari yang sangat luar biasa, saudari-saudariku
ini sangatlah menyayangi keluarga inilah ajaran ibu. Ibu selalu memberikan yang
terbaik untuk kami, dia selalu berusaha dengan keras demi kami. Dia adalah
sosok wanita tangguh yang bisa menangani semua masalah rumah tangga dengan
baik. meski kadang terlihat sibuk dengan kegiatannya dia selalu meluangkan
waktu untuk keluarga.
Ibu
selalu melindungi kami dia tak pernah melarang kami untuk mencapai cita-cita
kami. Setiap malam dia terbangun untuk mengambil air wudhu dan bersolat hanya
untuk mendoakan keluarganya. Restunya adalah yang nomer satu untukku. Dia
selalu memelukku saat aku merasa jatuh, dia selalu memberi semangat terbaiknya
agar aku bisa bangkit. Aku selalu berjanji padanya akan membuat hidupnya
menjadi lebih baik lagi agar dia tetap bisa membagikan kebahagiaan di
sekitarnya. Dengan janji itu ibu selalu memberi restu.
Yah, itulah ibuku ibu
yang sangat hebat...
Di dalam mayarakat dan
KTPnya dia bernama Heny Astuti tetapi di hati dan pikiranku dia bernama adalah
Mama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar