Dialah Tonggak cita-citaku

Selasa, 13 Januari 2015

Sosok


“Jangan pernah malas untuk mengejar mimpimu”
Itulah kata-kata yang selalu dia katakan saat aku akan merantau ke Yogyakarta. Dia seorang wanita separuh baya yang selalu cerewet melihatku jika aku tidak menuruti kata-katanya. Iya, dia adalah ibu, ibu kandungku. Dia adalah orang yang selalu perduli dengan keadaanku, bahkan ketika aku tak memberi kabar padanya dia selalu terlihat bingung.
Ibuku lahir pada tanggal 17 September 1960. Meurutku dia lebih terlihat muda dari pada umurnya, dia adalah satu-satunya wanita yang paling cantik. Kulitnya putih halus, wajahnya selalu memancarkan cahayanya dan dia selalu terlihat hangat dimata semua orang. Wajahnya selalu tersenyum meski hatinya sedang terurung duka. Dia selalu memberikan suntikan semangat untuk keluargaku. Tak pernah dia tega mengetahui anggota keluarnyanya terkena suatu masalah, dengan segala upaya dia selalu mencoba untuk membantu. Aku suka ibuku bagiku dia harum dan hangat.
Di kota kecil bernama Klaten dia terlahir bersama satu saudarinya. Wajah mereka tidak terlalu mirip namun sekilas terlihat hampir sama. Di kota ini jugalah ibu bertemu dengan pujaan hatinya, iya dia ayahku. Mereka memadu kasih selama bertahun-tahun dan pada 1980 mereka menikah. Bahagia selalu aku mendengar kisah cinta mereka, entah darinya ataupun dari ayahku. Jika aku boleh meminta pada tuhan aku ingin menyaksikan kisah mereka hingga akhir. Setiap tanggal 16 januari mereka selalu merayakan hari jadi pernikahan mereka dan ini lah yang membuatku iri.
Dalam pernikahannya ibu memberikanku tiga saudari yang sangat luar biasa, saudari-saudariku ini sangatlah menyayangi keluarga inilah ajaran ibu. Ibu selalu memberikan yang terbaik untuk kami, dia selalu berusaha dengan keras demi kami. Dia adalah sosok wanita tangguh yang bisa menangani semua masalah rumah tangga dengan baik. meski kadang terlihat sibuk dengan kegiatannya dia selalu meluangkan waktu untuk keluarga.
Ibu selalu melindungi kami dia tak pernah melarang kami untuk mencapai cita-cita kami. Setiap malam dia terbangun untuk mengambil air wudhu dan bersolat hanya untuk mendoakan keluarganya. Restunya adalah yang nomer satu untukku. Dia selalu memelukku saat aku merasa jatuh, dia selalu memberi semangat terbaiknya agar aku bisa bangkit. Aku selalu berjanji padanya akan membuat hidupnya menjadi lebih baik lagi agar dia tetap bisa membagikan kebahagiaan di sekitarnya. Dengan janji itu ibu selalu memberi restu.
Yah, itulah ibuku ibu yang sangat hebat...
Di dalam mayarakat dan KTPnya dia bernama Heny Astuti tetapi di hati dan pikiranku dia bernama adalah Mama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS